Oleh Yuli Yanti
“Opera Cahaya, Pintu, Kursi” sebuah tema yang dikonsep oleh perupa Doni Kabo dalam pameran lukisan tunggalnya di Bentara Budaya Yogyakarta. Kabo menggunakan tiga terma, cahaya, pintu dan kursi yang merupakan respon diskursusnya mengenai wacana kegilaan dalam masyarakat.
Lukisan-lukisan bergambar pintu, kursi dibingkai dengan warna-warna klasik, terasa dingin, kosong dan sunyi. Deret lukisan diatas kanvas ini adalah gambaran penghayatan Kabo setelah tiga bulan ia melakukan observasi dan wawancara di rumah sakit jiwa. Apa yang menarik dari tiga terma yang disuguhkan mahasiswa ISI Yogyakarta ini?
Awalnya konsep Kabo atas cahaya, pintu dan kursi, berangkat dari pertanyaannya tentang konsepsi rumah bagi seseorang. Ia tertarik untuk menjelajahi rumah yang tak lepas dari logika. Hingga berakhir menjadi satu pertanyaan tentang kedudukan rumah sakit jiwa dalam masyarakat. Dari pengalaman obsevasinya yang liat itu-- muncul ide mempertanyakan soal wacana ‘kegilaan’ tidak mendapat tempat di Akademik Seni.
Kurator Sujud Dartanto yang berkawan dengan Kabo-- sekaligus menjalin diskusi dalam pameran ini menggunakan wacana ‘kegilaan’ ala Paul Michel Foucault (Madness and Civilization 1961). Foucault seorang ilmuan psikiatri Perancis, selain intelektual, filsuf, sejarawan, kritikus dan sosiolog. Dimana wacana ‘kegilaan’ ternyata adalah produk dari rezim akal (rasionalitas) termasuk didalamnya ilmu pengetahuan yang terlanjur diterima sebagai kebenaran objektif-- yang steril dari kepentingan dan relasi kuasa. Wacana ‘kegilaan’ itu melahirkan disiplin ilmu psikiatri untuk mendefinisikan dan mengontrol tubuh gila.
Kabo merupakan salah satu perupa yang memilki minat terhadap suspensi. Dalam narasi, suspensi hadir sebagai blok kalimat yang membuat pembaca mengalami transformasi emosi. Dari keadaan sedih ke situasi sumringah dan sebaliknya. Sujud memandang suspensi pada karya Kabo tidak lahir dari satu penghayatan yang kosong dan tak bermakna.
Kabo ada dalam kenyataan objektif, dimana didalamnya pergulatan kebermaknaan terjadi. Kabo juga berada pula dalam ruang, waktu dan historis. Dalam karyanya, realitas dilihat sebagai sebuah opera atau dalam kkhazanah folkore adalah pertunjukkan wayang.
Kembali pada ide Kabo, awal yang absurd tentang kedudukan rumah sakit jiwa dan wacana ‘kegilaan’ serta seni yang dipersoalkan. Begitupun hubungan imajinasi, inspirasi dan halusinasi. Pameran lukisan Doni Karbo ini berlangsung mulai 1-6 Agustus 2012. “Kabo mengajak kita menikmati suspensi atas Opera Cahaya, Pintu, Kursi dalam bahasa estetik grotesque; mengawinkan dunia alam sadar dan bawah sadar manusia, ”ujar Sujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar