Minggu, 05 Agustus 2012

DONI KABO GELAR OPERA CAHAYA PINTU KURSI DI YOGYAKARTA


Sunday, 05 August 2012
Sebanyak 16 lukisan terpajang di dinding Bentara Budaya dalam pameran bertajuk Opera Cahaya, Pintu, Kursi.Lukisan karya Doni Kabo tersebut memiliki gambar yang terkesan sederhana dibandingkan dengan pameran yang dilakukan perupa pada umumnya.


Biasanya para perupa mengangkat tema-tema sosial, politik, serta gaya hidup untuk dijadikan sebagai sebuah karya. Namun Doni justru memiliki pandangan lain. Perupa asal Banjarmasin itu, justru lebih memilih objek yang ada di sekelilingnya sebagai bahan pameran, seperti pintu,kursi,dan lampu. Kabo-sapaan akrabnya menuturkan,beberapa objek lukisan yang disajikan itu tercetus dari konsep bahwa seni rupa sejatinya adalah seni penghayatan.Artinya, kata dia,untuk membuat suatu karya lukis setiap perupa harus mampu menghayati setiap objek yang ada di sekelilingnya tanpa harus membuat suatu konsep yang terkesan rumit. 

“Objek apa pun di sekeliling kita tentu bisa diangkat menjadi sebuah karya seni,”kata dia,di selasela pameran,kemarin. Objek terdekat itu yang menjadi perhatian Kabo. Seperti rumah,selain berfungsi sebagai tempat berlindung dari panas serta hujan, rumah juga merupakan tempat beristirahat dan menjalankan pekerjaan domestik lainnya.Namun,konsep rumah tersebut tidak sebatas merupakan rumah sebagai tempat tinggal.Melainkan rumah dalam konsep lebih luas yakni rumah sakit jiwa. 

Sebelum melaksanakan pameran,Kabo melakukan penelitian di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.Dari hasil pengamatannya,dia mendapat fakta bawa di setiap ruangan pasti memiliki pintu, lampu,serta kursi. Hasil pengamatannya itu, lantas ditransformasikan ke sebuah karya seni lukis.Namun, tiga wujud itu tidak lantas persis ia gambarkan ke dalam karyanya.Dia lebih menggambarkannya dengan bahasa estetik grostesque, sebuah genre lukis yang lahir pada era The Age Of Reason. 

Dalam karya lukisan ini terlihat kental nuansa klasik lukisan miliknya.“Frameini sengaja saya masukkan untuk menambah kesan klasik dalam setiap karya lukis saya,”ucapnya. Melalui pameran yang dipersiapkan selama hampir dua bulan itu,Kabo,seolah memberikan wacana baru terhadap dunia seni rupa di Yogyakarta,bahwa setiap objek yang berada di sekeliling bisa diangkat sebagai sebuah tema pameran. 

“Sejak awal 90-an seni rupa berbasis penghayatan telah tergantikan dengan kontemporer seiring dengan majunya perkembangan seni rupa di Yogya bahkan di Indonesia,”katanya.


 WINDY ANGGRAINA Yogyakarta 
Seputar Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar